Inovasi Mahasiswa UII : Gedebog Pisang Diubah Menjadi Biohidrogen Fuel
Indonesia dikenal sebagai negara produsen pisang terbesar ke-7 di dunia. Melimpahnya produksi pisang ternyata dapat menjadi peluang mengeksplorasi sumber energi terbarukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan salah satu bagian tanaman pisang yakni batang atau gedebognya. Bagian tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal karena orang lebih melihat nilai ekonomi dari buah dan daun pisang. Setidaknya inilah yang diyakini oleh Kholik, mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) yang intens meneliti gedebog pisang. Risetnya berujung pada pemanfaatan gedebog pisang untuk menghasilkan bahan bakar hidrogen yang ramah lingkungan.
“Gedebog pisang masih sangat kurang dimanfaatkan dan ketersediaannya berlimpah di Indonesia. Selain itu, kandungan selulosa yang cukup tinggi dari batang pisang yakni hingga 45-65% juga menjadi alasan mengapa ia cocok digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biohidrogen”, tuturnya.
Ditambahkan Kholik, perlu metode khusus untuk mengolah gedebog pisang agar dapat menghasilkan biohidrogen. Dari berbagai metode yang ia pelajari, ia cenderung memilih metode fermentasi gelap (Dark Fermentation) sebagai cara efektif mengolah gedebog pisang sebagai sumber energi. Alasannya karena metode ini dinilai memiliki beberapa keunggulan, seperti dapat mengurangi volume limbah organik batang pisang, lebih stabil prosesnya, ramah lingkungan, hemat energi, dan tidak menuntut adanya peralatan canggih sehingga lebih mudah diaplikasikan.
Metode tersebut memanfaatkan proses fermentasi dari material organik yang diubah menjadi hidrogen melalui reaksi-reaksi tertentu. “Di sini terdapat peran beberapa jenis bakteri anaerob yang bertugas mengurai gedebog pisang melalui reaksi biokimia kompleks. Terdapat tiga tahapan utama pengolahan yang dimulai dari Pretreatment, Hydrolysis dan terakhir tahap Fermetasi”, ujarnya.
Pada tahap awal, batang pisang dipotong-potong menjadi bagian kecil untuk dikeringkan dengan pengering. Setelah dikeringkan, potongan tersebut digiling hingga menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya hasil penggilingan dicampur dengan larutan enzim dan bakteri pengurai hingga menghasilkan produk biohidrogen yang diinginkan.
Disinggung mengenai latar belakang penelitiannya, ia mengaku prihatin dengan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil di Indonesia yang masih sangat tinggi. Ia menilai perlu adanya inovasi baru yang memberikan banyak keuntungan dari berbagai sisi, baik dari sisi ekonomi, teknologi dan sisi kesehatan.
“Banyak kelebihan dari penggunaan bahan bakar hidrogen seperti tingkat efisiensi pembakaran yang tinggi hingga 80% dan juga sisa hasil pembakarannya berupa air (H2O) sehingga membuktikan bahan bakar hidrogen menjanjikan untuk masa depan”, jelasnya.
Presentasikan Karya Ilmiah di London
Hasil penelitian tersebut sempat dipresentasikannya dalam sebuah forum ilmiah tentang energi terbarukan di London, Inggris. Forum bertajuk, 19th International Conference on Renewable Energy Sources and Technologies tersebut dihadiri para pakar interdisipliner dan multidisipliner dari berbagai negara.
Dalam kesempatan itu ia juga meraih penghargaan Best Presentation Award dari panitia penyelenggara. “Sangat bahagia dan bersyukur dapat berkontribusi untuk membawa nama baik Teknik Kimia FTI UII dan Indonesia di ajang forum ilmiah tingkat internasional”, pungkasnya.