Dunia Bisnis Menjadi Peluang Para Millenial
Entrepreneur menjadi salah satu pejuang dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Peningkatan jumlah penduduk menjadi tantangan dalam penyediaan lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran.
Badan Pengelola Aset Keluarga Mahasiswa UII (BPAKM UII) mengadakan seminar kewirausahaan sebagai wadah untuk membuka wawasan para mahasiswa agar berani berwiraswasta. Kali ini BPAKM UII juga melakukan peluncuran bisnis baru yang bernama Student Asset Center (SAC).
Seminar Millenial Preneur, Be Creative Entrepreneur In Millennial Era yang berlangsung di Auditorium Abdulkahar Mudzakir UII, Kamis (11/4), dengan menghadirkan tiga pembicara yang sukses dalam berbisnis. Millenial preneur menjadi topik yang sangat menarik, terlihat dari banyaknya peserta seminar yang hadir.
Hedar Alaydrus telah bergerak di bidang usaha kuliner. Ia sebagai pemilik dari Kampung Arab, kampung Jawa dan nasi kulit syurga. Dihadapan para peserta seminar, Ia menceritakan pengalamannya dalam berbisnis. Menurutnya tidak ada bisnis yang instan, tetapi setiap orang harus mampu melihat potensi dirinya.
Keinginannya yang selalu ingin memiliki banyak teman saat masih duduk di bangku kuliah, mengantarkan Hedar untuk sukses di bidang bisnis. “Kalau kita punya powerfull yang spesifik, pasti kita akan punya banyak teman” ujarnya. Baginya teman merupakan modal yang paling terpenting dalam menjalankan bisnis.
“Ketika kita berjalan sendiri kita bisa maju, akan tetapi saat kita kolaborasi kita bisa maju lebih cepat. Kita harus di push agar sadar, kita ini semalas apa sih.” tuturnya. Hedar mengiatkan bahwa kunci utama dalam berbisnis adalah kesadaran diri.
Sementara, Hijrah Purnama Putra yang tak lain adalah dosen di Teknik Lingkungan UII, menjadi salah satu aspirator dalam seminar kali ini. Usaha yang rintis sejak masih mahasiswa kini berkembang dengan nama Projek B Indonesia (Butik Daur Ulang). Hijrah menceritakan duduk permasalahan sampah yang menggerakkan hatinya untuk melakukan hal kecil.
Mengumpulkan sampah dari warung burjo tempat biasa Ia “nongkrong” menjadi titik awal usaha ini terbentuk. Sampah yang umumnya dibuang kini ia sulap menjadi produk-produk berkualitas dan bernilai jual tinggi. Menanggapi pertanyaan yang diajukan kepadanya bahwa produk yang dibuat itu juga akan menjadi sampah, Ia dengan lugas mengatakan, usaha ini tidak untuk mengurangi sampah, akan tetapi untuk menunda sampah menjadi sampah yang sesungguhnya hingga 1 tahun kedepan ataupun lebih.
Pembicara ketiga Hendri Pratomo yang berkedudukan sebagai CO founder PT Tamasia. Transformasi bisnis di era global berkembang sangat pesat. Menyikapi perubahan yang sangat cepat menjadi tantangan dalam berbisnis dan harus bisa menyesuaikan diri agar sinergi.
Nilai positif dari millennial adalah selalu memiliki ide-ide baru dan kreatif. Hendri memberikan saran dalam mengawali bisnis, menurutnya dalam berbisnis harus dimulai, fokus dan dijalani meski belum tahu langkah itu benar atau salah. (NR/RS)