Ghibah dan Pemicunya
Menurut Imam an-Nawai, ghibah adalah “membicarakan seseorang berkaitan dengan sesuatu yang tidak ia sukai, baik yang berkaitan dengan fisik, agama, dunia, pribadi, rupa, harta, akhlak, anak/istri, pembantu, pakaian, gerak-gerik, perceraian, konflik, atau lainnya yang berkaitan dengan orang tersebut. Baik dengan kata-kata, isyarat, atau dengan simbol-simbol.”
Jadi ghibah bukan hanya dengan perkataan saja, tapi segala bentuk pemberitahuan kepada orang lain tentang sesuatu yang tidak berkenan di hati orang yang dighibahi, baik dengan kata-kata, tindakan, sindiran, bisikan, ataupun tulisan. Termasuk di dalamnya segala sesuatu yang bisa menjurus kepada perbuatan ghibah, seperti meniru cara jalan seseorang, atau perilaku orang lain. Bahkan cara seperti ini termasuk tingkatan ghibah yang paling tinggi, karena dilakukan secara terang-terangan.
Dalil mengenai haramnya ghibah telah banyak sekali riwayatnya, namun sebagaimana Islam mengharamkan ghibah, Islam juga mengharamkan kita untuk mendengarkannya apalagi membantu orang lain dalam melakukannya. Orang yang mendengar ghibah, sama hukumnya dengan orang yang berkata.
Pemicu Terjadinya Ghibah
- Pelampiasan Kemarahan
Yaitu seseorang merasa marah akan orang lain karena orang itu telah berbuat begini dan begitu. Ataupun ia memiliki suatu amarah pada dirinya, akan satu dan lain hal, yang telah ia pendam kemudian ia lampiaskan dengan berbicara buruk mengenai orang lain.
- Kesetiakawanan
Yaitu sikap menghargai kawan secara berlebihan ketika kawannya membuat lelucon dengan mencibir kehormatan dan nama baik orang lain. Sebab ia sadar, seandainya mereka ditegur atau ditinggal, mereka pasti akan mengucilkan dirinya dan tidak mau bergaul dengannya.
Karenanya demi menjaga persahabatan mereka, terpaksalah ia ikut-ikutan. Sebab menurutnya itulah sikap terbaik dengan menganggap apa yang mereka lakukan itu hanya sekadar basa-basi dalam sebuah persahabatan. Orang seperti ini secara tidak sadar telah menjadi penjalit akibat sikapnya tersebut.
- Berlomba dalam Kejahatan
Karena merasa ada orang yang lancang lidah kepada dirinya ingin mencemarkan nama baik atau ingin menuduh dirinya dengan suatu tuduhan, maka sebelum itu terjadi, ia segera mengambil tindakan dengan mencemarkan nama baik orang itu sebelum orang itu mendahuluinya. Menuduh duluan sebelum dituduh. Tujuannya adalah untuk melemahkan pengaruh orang tersebut di mata khalayak.
- Melempar batu sembunyi tangan
Karena terkait dengan suatu kasus, maka untuk menutupi dirinya dari kasus tersebut, ia lantas menuduh orang lain melakukan perbuatan tersebut. Yang seharusnya ia menutupi dirinya dengan merahasiakan semuanya tanpa harus melibatkan orang lain yang tidak tahu apa-apa, sekalipun orang tersebut ikut terlibat bersama dirinya, hanya akibat ingin menyembunyikan kejelekan dan aibnya sendiri.
- Popularitas dan ingin berbangga diri
Yaitu sikap mengangkat diri dengan menjatuhkan orang lain seraya berkata, “Orang ini bodoh, pendapatnya lemah.” Padahal tujuan dibalik itu ialah ia ingin menampakkan kelebihan dirinya, agar orang mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang pandai atau bisa.
- Hasad (dengki)
Barangkali hasadnya kepada orang yang dipuji-puji oleh manusia, orang-orang memuliakan dan mencintainya, lalu ia ingin menghilangkan semuanya dari orang tersebut dengan memfitnahnya. Sekadar bercanda dan bersenda gurau dengan mencela, menyebutkan cacat atau aibnya dengan tujuan membuat temannya tertawa. Bahkan menggiring opini dan kebencian terhadap orang yang dia hasadkan itu.
Wahai saudaraku, mari kita hindarkan diri kita dari segala pemicu ghibah yang telah dijabarkan di atas. Jadikanlah Allah sebagai pengawasmu, baik di kala sepi maupun di hadapan orang banyak. Dan selalu ingatlah bahwa ghibah dapat menggerogoti dan menghapus amal-amal ibadahmu hingga habis tak bersisa.
Penulis: Ridha Sangpangesti Murti, S.T.P.