UII dan UTP Malaysia Berkolaborasi dalam Proyek Sosial
Universitas Islam Indonesia (UII) terus menjalin kolaborasi positif dengan berbagai universitas lainnya, baik di dalam maupun luar negeri. Kegiatan joint activities & student collaboration program bersama Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia salah satunya, telah memasuki hari ke-3 pada Rabu (30/10) di Lt.2 perpustakaan pusat UII.
Kegiatan kali ini diisi oleh 3 pemateri yakni Dr. Muhammad Rashid bin Shamsuddin yang membawakan materi mengenai Chemical Engineering student club dan chem-e CSR, kemudian ada Ting Jean Nee membahas how to handle stress for final year student dan yang terakhir yakni Cholila Tamzysi, S.T., M.Eng dan Lilis Kristiyani, S.T., M.Eng tentang A glance of waste management in Indonesia.
Dalam kesempatannya, selain menceritakan profil singkat UTP, Muhammad Rashid juga menjelaskan bahwa semua program akademik di UTP telah diakreditasi oleh MQA dan telah mendapatkan peringkat dari QS. Lulusan dari UTP dapat melakukan praktek di 25 negara dimana 20 diantaranya adalah full membership dan 5 bersifat sementara diantaranya adalah Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Selandia Baru, Irlandia, dan Taiwan.
Sedangkan Ting Jean Nee menjelaskan mengenai kehidupan setelah lulus dari bangku perkuliahan. Ia menekankan agar audiens mengerti apa tujuan setelah lulus yang sebenarnya dan mengerti kelebihan serta tidak meremehkan kemampuan diri sendiri. Apapun pekerjaan yang akan kita miliki kelak, sebisa mungkin akan dapat memberikan manfaat untuk orang lain.
“Tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita tetapi kita dapat memilih apa yang akan kita lakukan dan keputusan seperti apa yang akan kita ambil dalam kehidupan kita. Semua pilihan ada di tangan kita sendiri.” ucapnya.
Adapun Cholila dan Lilis menerangkan mengenai manajemen sampah yang ada di Yogyakarta. Sebenarnya sampah plastik bisa dimanfaatkan dan diolah kembali hanya saja banyak dari masyarakat yang tidak memilah sampah tersebut sehingga sampah bercampur menjadi satu dimulai dari sampah dapur, plastik, kardus dan lain-lain.
Faktanya, dibutuhkan waktu yang sangat lama dan banyak tenaga yang dibutuhkan untuk memisahkan itu semua. Dijelaskan bahwa minyak goreng bekas pakai juga merupakan permasalah yang mengganggu lingkungan tanpa disadari karena ketika minyak goreng bekas pakai bercampur dengan air maka akan membeku.
Cholila kemudian menjelaskan beberapa kegiatan mahasiswa Teknik Kimia UII yang mengubah plastik menjadi blok paving dan bahan bakar. Diketahui juga bahwa pemerintah telah menggariskan solusi skala besar yakni pada tahun 2020 Indonesia akan memiliki PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) di beberapa tempat di Indonesia. (DRD/ESP)