Aksi Millenial Atasi Masalah Sosial
Banyak yang membicarakan masalah, tetapi tidak pernah berusaha menjadi solusinya. Stop complaining, do something. Begitu poin penting yang disampaikan Hijrah Saputra, pendiri Plushindo, bisnis boneka fauna langka Indonesia yang memberdayakan kaum tuna rungu dalam produksinya.
Hal ini disampaikan Hijrah Saputra kala mengisi salah satu webinar Student Festival Universitas Islam Indonesia (StuFest UII) 2020 pada Sabtu (5/12). StuFest UII 2020 yang digelar pada 4-5 Desember 2020 menjadi puncak inagurasi dari serangkaian program mahasiswa. Program-program tersebut seperti Innovation Award, UKM Award, Digital Campaign Competition, dan Expo. Pengumuman akhir bagi pemenang seluruhnya dilakukan sehari setelah gelaran StuFest UII 2020 usai.
Acara yang diinisiasi oleh Direktorat Kemahasiswaan UII ini diselenggarakan dalam rangka memberikan apresiasi bagi peran dan karya mahasiswa, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Rangkaian talkshow serta webinar turut menghiasi StuFest kali ini dengan pembicara di antaranya komika Pandji Pragiwaksono serta sutradara yang juga alumni UII, Fajar Nugros.
Salah satu webinar bertema “Milenial Berjiwa Sosial” dibersamai oleh Hijrah Saputra. Wirausaha muda yang sedang menempuh studi di Ritsumeikan Asia Pasific University Kota Beppu, Jepang itu berbagi pengalaman dan motivasinya kepada peserta yang menyimak acara via kanal Youtube Kemahasiswaan UII. Ia menyemai semangat sosial milenial dan mendorongnya menjadi upaya nyata, seperti halnya yang telah ia lakukan.
“Banyak banget anak-anak muda sekarang, aku punya semangat nih ingin buat sesuatu di lingkungan, buat perubahan sosial. Tapi gimana caranya? Pilihlah hal yang kalian sukai, itu bisa membantu orang lain. Ada tiga komposisi penting untuk membuat kegiatan (sosial) kalian bisa berjalan. Pertama itu passion,” sebut Hijrah.
“Kalau saya memang senang di dunia pariwisata dan ingin dikenang sebagai tokoh yang bergerak di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, yaudah saya fokus di situ,” tegasnya. Ia melanjutkan, “Dulu guru saya bilang kalau kamu senang dengan kegiatan yang bakal kamu pilih dalam waktu satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, kamu fokus aja ke situ dan bikin terowongan sendiri,” ucap pria lulusan sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota itu.
Hijrah pun pantang berkecil hati menanggapi respon orang yang tidak menyambut baik gagasan dan niat tulusnya. “Mereka bilang itu konsep yang baru, dan itu aneh. Jadi mereka belum bisa menerima. Cuman saya pikir kalau mereka tidak terima dengan ide yang saya punya, yaudah. Saya tunjukin aja dengan apa yang saya kerjakan. Jadi saya tunjukin apa yang saya omongin itu bisa jadi kenyataan,” ucapnya.
Selain menggeluti sesuai passion, merealisasikan ide dari hal terkecil sekalipun menjadi hal yang ditekankan pria 36 tahun itu. Hal-hal kecil yang dilakukan secara istiqomah atau konsisten disebutnya akan memberikan hasil yang luar biasa.
“Kalau kita memulai dan ingin membuat sesuatu itu besar, maka mulai dari hal-hal yang kecil dulu. Jadi seperti tadi saya ingin buat perubahan di kota saya Sabang, di Aceh, tapi saya mulai dulu dari hal kecil, dari hal yang saya senangi. Mungkin menurut kita itu kecil, biasa aja, tapi hal yang biasa menurut kita belum tentu biasa menurut orang lain” tuturnya.
Saat webinar, ia sempat mengingatkan peserta untuk selalu meminta ridho orang tua dalam tiap langkah hidup. Karena ridho Allah tergantung kepada ridho kedua orang tua. Sehingga, ia menjadikan hal ini sebagai prinsip hidupnya. “Apabila orang tua sudah ridho, InsyaAllah segala sesuatunya akan dilancarkan,” sebutnya. (HR/RS)