Sekolah Aktivis Mendorong Mahasiswa Terus Proaktif Mengasah Diri
Aktivis mahasiswa merupakan aktor utama yang diharapkan senantiasa berkontribusi secara positif dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, utamanya di lingkup kampus dan masyarakat. UII yang memiliki cita-cita untuk mencetak para calon pemimpin bangsa memiliki komitmen untuk memampukan mahasiswa menjadi aktivis yang mampu bertindak dan menghasilkan karya nyata sekaligus memberikan inspirasi positif sebagai duta rahmatan lil’alamin.
Untuk merawat cita-cita besar tersebut, Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII menyelenggarakan aktivitas Sekolah Aktivis (Sekolah Pemikiran untuk Mahasiswa) pada tanggal 11 hingga 13 Oktober 2019 bertempat di Hotel Taman Eden 2, Kaliurang. Aktivitas tersebut diselenggarakan dengan menggandeng Pusat Studi Islam (PSI) UII dan diikuti oleh 35 mahasiswa aktif yang merupakan perwakilan beberapa organisasi kemahasiswaan di UII.
Pada sambutan di sesi pembukaan, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan & Alumni menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan aktivitas Sekolah Aktivis yang diharapkan mampu memotivasi para mahasiswa peserta kegiatan untuk menjadi aktivis yang mumpuni dan proaktif di bidangnya masing-masing.
Selain itu, Rohidin juga mengingatkan bahwa mahasiswa UII adalah calon pemimpin bangsa sehingga mahasiswa wajib untuk terus belajar, mencari ilmu, dan menempa diri termasuk melatih kemampuan softskill agar ke depan mampu menjadi pemimpin bangsa yang berintegritas dan berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan bangsa.
Materi ke-1 dengan judul “Membangun Peradaban Islam Melalui Aktivisme” disampaikan oleh Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A. Suwarsono memaparkan dengan gamblang tentang berbagai fenomena global, sejarah peradaban Islam, kondisi aktual di Indonesia, serta relevansinya dengan tantangan aktivis mahasiswa.
Suwarsono menekankan sekaligus mendorong para mahasiswa untuk menjadi muslim yang memiliki 3 (tiga) karakter yaitu ulama, pedagang, sekaligus penguasa. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan kebangkitan peradaban Islam dan merespon perkembangan situasi global saat ini.
Pada materi ke-2, Direktur Pembinaan Kemahasiswaan UII, Beni Suranto, S.T., M.SoftEng. memaparkan tentang “Tantangan Aktivis di Era Disrupsi” yaitu uraian tentang berbagai perubahan dan terobosan bidang teknologi informasi dan kaitannya dengan dinamika aktivis mahasiswa.
Beni Suranto menyampaikan beberapa hal penting yang perlu dipahami oleh para aktivis mahasiswa untuk dapat tetap relevan dan kontekstual seperti pentingnya penguasaan tata kelola media sosial, pemanfaatan big data, serta urgensi bagi aktivis mahasiswa untuk menguasai bahasa asing, utamanya Bahasa Inggris sehingga mampu melesatkan jangkauan gerakan dan inspirasi yang dihasilkan.
Materi ke-3 yaitu “Kepemimpinan Profetik Dalam Berorganisasi” dipresentasikan oleh Ketua Program Doktor Hukum Islam FIAI, Dr. Yusdani, M.Ag. Yusdani menjelaskan bagaimana aktivis mahasiswa dapat melakukan aktualisasi nilai-nilai profetik dan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai acuan dalam konteks kepemimpinan.
Di materi ke-4, Kyai Nur Khalik Riduan, Pengasuh Ponpes Bumi Cendekia menyampaikan topik “Islam Rahmatan Lil ‘alamin, Islam Ulul Albab dan Aktivisme” untuk menguatkan motivasi para mahasiswa agar dalam berkegiatan sebagai aktivis senantiasa mampu merepresentasikan visi UII untuk mewujudkan Islam rahmatan lil’alamin.
Untuk materi ke-5, aktivis dan penggiat filsafat Mukalam, S.Ag., M.Hum. memaparkan materi “Etos Ilmiah dalam Tradisi Islam dan Kampus” yang dilanjutkan oleh Pengasuh PP Joglo Alit, Klaten Muh. Qowim, S.Ag., M.Ag. yang memberikan materi tentang “Penguatan SDM Aktivis dalam Berorganisasi”. Pelatihan ditutup dengan materi ke-7 yaitu “Menyusun Program Kerja dan Evaluasi dalam Berorganisasi” yang disampaikan oleh Direktur PSI UII, Edi Safitri, S.Ag., MSI.
Pada sesi penutupan, Edi Safitri menjelaskan bahwa akan ada aktivitas lanjutan bagi para mahasiswa peserta Sekolah Aktivis yaitu menginisiasi kegiatan kolaboratif antar mahasiswa yang mampu menghasilkan inspirasi dan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini menjadi komitmen bersama agar para mahasiswa dapat membuktikan hasil internalisasi materi selama pelatihan sekaligus sebagai untuk mendukung ikhtiar UII dalam “melebatkan manfaat” bagi kemaslahatan umat. (BS)