,

Manajemen Waktu, Kunci Fathiyatul Mudzkiroh Raih Mawapres UII

Fathiyatul Mudzkiroh, mahasiswi S1 Pendidikan Dokter Universitas Islam Indonesia (UII) terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat UII tahun 2022. Mahasiswi yang akrab disapa Tia ini ternyata menggunakan strategic approach untuk mengatur waktunya hingga bisa menggunakan potensi diri secara maksimal. “Capaian untuk Mawapres tidak dapat diraih hanya dalam 1-2 bulan saja,” ujarnya saat diwawancara pada Kamis (7/4).

Tia berbagi kisah bagaimana upayanya dalam melakukan manajemen waktu. Menurutnya salah satu bagian dari manajemen waktu adalah mengenali kapasitas diri. Jika beban kerja yang diambil melebihi kapasitas, akan ada urusan yang tidak terpegang. Begitu juga sebaliknya, jika beban kerja jauh di bawah kapasitas, berarti seseorang tersebut belum memaksimalkan potensi yang dimiliki. “Kita perlu melakukan kerja cerdas,” tambahnya.

Menurutnya, kerja cerdas adalah strategi kita dalam menentukan target yang ingin dicapai dan mencari strategi agar dapat mewujudkannya dengan efisien. Pendekatan strategis bukan berarti belajar hanya semata-mata untuk nilai, tetapi mengatur tujuan-tujuan dalam belajar agar lebih efisien. Dengan begitu, waktu lainnya dapat digunakan untuk melakukan kegiatan lain.

Sebagai generasi millennial, Tia mengatur penggunaan teknologi sebaik mungkin. Tak ingin dibuat rugi karena gangguan oleh sosial media, ia memasang aplikasi yang dapat memblokir aplikasi yang diperlukan jika telah diakses pada durasi tertentu atau di jam tertentu. Selain itu pemanfaatan Google Calendar untuk mengintegrasikan jadwal, pengingat, catatan singkat, dan lain sebagainya dalam semua device juga ia lakukan.

Keberhasilannya meraih gelar Mawapres UII Tahun 2022, tak lepas dari persiapan yang matang sejak jauh-jauh hari. Mulai dari persyaratan administrasi hingga capaian prestasi, Tia mempersiapkannya dengan sebaik mungkin. Untuk capaian unggulan, ia membuat daftar semua capaian dan memilih 10 capaian terbaik yang sekiranya jika dikombinasikan akan menghasilkan poin yang tinggi.

Selain itu, Tia juga mengumpulkan bukti-buktinya berupa sertifikat, cuplikan halaman buku prosiding, dan juga Surat Keputusan untuk karir organisasi. Di sisi lain, ia juga mempersiapkan gagasan kreatif dengan membaca betul-betul apa yang ada di buku pedoman. Sedangkan untuk video bahasa inggris, ia menyiapkan konten yang akan dibahas kemudian merekamnya secara mandiri.

“Setelahnya ada proses wawancara yang dilakukan untuk validasi capaian unggulan yang dilampirkan saat pendaftaran,” ucapnya.

Syarat lain yang harus dipenuhi adalah menyusun gagasan kreatif. Tia melihat kondisi pandemi yang semakin membuat orang mengalami kecenderungan cemas. Kecenderungan cemas dapat menjadi masalah serius yang mengarah pada depresi, gangguan kecemasan umum, dan gangguan lainnya. Jika sudah terlanjur seperti ini, untuk mengatasinya akan lebih sulit sehingga dibutuhkan upaya pencegahan yaitu dengan menjaga kesehatan mental.

Melalui judul “Konsumsi Permen Karet Beraromaterapi Sebagai Solusi Preventif Kecenderungan Cemas Di Masa Pandemi”, Tia ingin ingin memberikan solusi yang mudah diimplementasikan dan menyenangkan bagi masyarakat.

“Masih banyak yang belum tahu bahwa aktivitas mengunyah permen karet dapat menurunkan risiko terjadinya depresi dan gangguan kecemasan umum,” menurutnya.

Tak hanya aktivitas mengunyah permen karet, aromaterapi juga banyak digunakan untuk merelaksasi diri. Oleh karena itu, kombinasi antara permen karet dengan aromaterapi dapat lebih efektif dalam mengatasi kecenderungan cemas.

Prestasi yang berhasil, menurutnya juga tak lepas dari peran banyak orang di sekitarnya. “Support system terkuat bagi saya saat ini adalah ibu saya,” katanya penuh haru.

Meski harus terpisah oleh jarak, baginya doa ibunyalah yang tulus diucapkan siang dan malam memberi kekuatan yang besar dalam hidupnya. Juga teman-teman di organisasi ungi yang selalu mendukung satu sama lain untuk mengukir prestasi. Mentor dan sahabat terdekat juga turut menemani langkahnya dalam proses mengembangkan ilmu.

Baginya Pilmapres hanyalah ajang untuk memilih satu dari sekian orang yang berprestasi. Di mana, berarti berprestasi itu banyak macamnya. Semua orang dapat berprestasi dalam bidang dan minatnya masing-masing. Prestasi tidak hanya berupa kejuaraan. Menulis buku, membuat karya juga merupakan prestasi. Buktinya, karya non akademis juga diakui dalam capaian unggulan.

“Sekecil apapun capaianmu, yang kamu dapat atas usaha dan doamu serta atas ridho Allah, itulah prestasi,” katanya.

Oleh karena itu, mengembangkan diri selain dalam hal akademik itu penting. Ajang Pilmapres mencari orang-orang yang unggul dalam berbagai bidang tetapi seimbang. Menjadi Mawapres tidak cukup dengan hanya mengoleksi sertifikat juara atau konferensi sebanyak mungkin. Hal ini terlihat dalam penilaiannya di mana hanya dibatasi maksimal 4 capaian dalam 1 kategori.

“Artinya, seorang mahasiswa berprestasi seyogyanya bisa menyeimbangkan diri dalam hal akademik, prestasi (baik akademik maupun non akademik), organisasi, kemampuan berpikir kritis, serta memiliki wawasan untuk dapat memberikan manfaat. “Persiapan paling awal adalah mental untuk selalu berkembang dan memperbaiki diri,” ujar Tia.

Menjadi mahasiswa tak membuatnya luput dari berbagai masalah dan tantangan baru. Tetapi, menurutnya tidak semua masalah dapat langsung diatasi dengan fokus pada solusi. Adakalanya, kita juga perlu memperbaiki kestabilan emosi terlebih dahulu. Hal sederhana yang biasa dilakukan untuk memperbaiki emosi contohnya: membersihkan kamar, skincare routine, menonton film, dan berbicara dengan teman. Kalau pikiran sudah terlalu kalut, murottal Alquran juga bisa menjadi obat penenang sekaligus makanan untuk ruh.

Terakhir, Tia ingin membagikan salah satu kutipan kesukaannya dari Imam Syafi’i, “Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menerima pahitnya kebodohan”. (UAH/RS)